Kesultanan Aceh : Puncak kejayaan dan Kemunduran Puncak Kejayaan Kesultanan Aceh gambar ilustarasi wikipedia Kesultanan Aceh berkembang pesat ketika kerajaan Pasai berada di ambang keruntuhan (ketika mendapat serangan dari majapahit 13500) dan malaka jatuh ketangan Portugis.Jatuhnya Malaka dan surutnya pengaruh Samudra Pasai membuat kapal kapal yang yang lewat di perairan Selat Malaka singgah di Pelabuhan Aceh.Kebesaran Kesultanan ini tampak nyata dalam perlawanannya yang berani dan heroic tidak saja terhadap bangsa Portugis, tetapi juga terhadap penjajahan Belanda.Kesultanan Aceh mencapai puncak setelah di pimpin oleh Sultan Iskandar Muda ( bertahta 1607-1636), Aceh mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan meluas dari Delis sampai menuju ke semenanjung Malaya.Hasil komoditas perdagangan dari masyarakat Aceh yaitu lada, beras, emas, timah, perak.tekstil, porselen dan minyak wangi.Pada pemerintahan di susun sebuah Undang-undang tentang tata pemerintahan yang di berinama Adat Makuta Alam yang di tulis menggunakan huruf Arab dan berbentuk Syair. Iskandar Muda dikenal Sebagai ahli diplomasi atau hubungan dengan luar negeri.Aceh merupakan Negara Islam, namun kerajaannya masih bersifat Feodal. Dalam tatanan masyarakat Aceh memiliki golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku dan golongan ulama yang bergelar tengku. Kedua golongan ini sering berebut pengaruh dalam masyarakat. Kemunduran Kesultanan Aceh Kesultanan Aceh semenjak meninggalnya Iskandar Muda di gantikan Iskandar Tsani (memerintah 1636-1641). Pada masa ini hidup sastrawan besar bernama Nurudin ar-Raniri yang di kenal dengan karyanya berjudul Bustanussalatin, yang berarti taman raja-raja.Karya ini berisi tentang adat Istiadat Aceh dan ajaran tentang Islam.Sepeninggalan Iskandar Tsani, Aceh mengalami kemunduran. Faktor-faktor utamnya adalah makin menguatnya kekuasan Belanda di Pulau Sumatra dan Selat Malaka.Minangkabau, Siak, Tapanuli dan Mandaling Deli, Serta Bengkulu ke tangan Belanda). Faktor lainnya adalah adanya perebutan kekuasan, terutama antar golongan bangsawan (teuku) dan golongan ulama (tengku).Diantara para ulama sendiri pun terjadi pertikaian karena perbedaan aliran dalam Agama Islam ( Syi’ah dan Sunni).